Kamis, 19 Oktober 2017

ANTIHISTAMIN

Image result for OBAT ANTIHISTAMIN


Antihistamin adalah obat atau komponen obat yang berfungsi untuk menghalangi kerja zat histamin dan dipakai khususnya untuk mengobati alergi.Antihistamin bekerja dengan cara memblokir zat histamin yang diproduksi tubuh. Sebenarnya zat histamin berfungsi melawan virus atau bakteri yang masuk ke tubuh. Ketika histamin melakukan perlawanan, tubuh akan mengalami peradangan. Namun pada orang yang mengalami alergi, kinerja histamin menjadi kacau karena zat kimia ini tidak lagi bisa membedakan objek yang berbahaya dan objek yang tidak berbahaya bagi tubuh, misalnya debu, bulu binatang, atau makanan. Alhasil, tubuh tetap mengalami peradangan atau reaksi alergi ketika objek tidak berbahaya itu masuk ke tubuh.
      Antihistamin obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan kerja histamine dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan bersaing pada sisi reara bersaing reseptor  H1,H2 dan H3 Antihistamin bekerja terutama dengan menghambat secara bersaing interaksi histamine dengan reseptor khas.
Antagonis H1
Sering disebut antihistamin klasik atau histamine H1 adalah senyawa yang dalam kadar rendah dapat menghambat secara bersaing kerja histamine pada jaringan yang mengandung reseptor H1 digunakan untuk mengurangi gejala alergi ,radang selaput lendirr hidung ,bersin,gatal pada mata ,dan gejala alergi pada kulit
 
Turunan Kolamin(eter aminoalkil)  
        Turunan eter aminoalkil yang pertama kali digunakan sebagai antagonis-H1 adalah difenhidramin. Studi hubungan kualitaitif turunan defenhidramin oleh Kutter dan  Hansch  menunjukkan bahwa sifat lipofilik dan sterik mempengaruhi aktivitas antihistamin dan pengaruh sifat sterik lebih dominan dibanding sifat lipofilik
  • Pemasukan gugus Cl, Br, dan OCH3 pada posisi cincin aromatik akan meningkatkan aktivitas dan menurunkan efek samping.
  • Pemasukan gugus CH3 pada posisi cincin aromatik juga dapat meningkatkan aktivitas tetapi pemasukan pada posisi O- akan menghilangkan efek antagonis H1 dan akan meningkatkan aktivitas antikolinergik.
  • Dengan adanya O- dapat meningkatkan keelektronegatifan sehingga afinitas senyawa obat juga menigkat.  
  • Senyawa turunan eter aminoalkil mempunyai aktivitas antikolinergik yang cukup bermakna karena mempunyai struktur mirip dengan eter aminoalkohol yang merupakan suatu senyawa pemblok kolinergik.
Turunan Etilendilamin 
Merupakan antagonis H1 dengan keefektifan yang cukup tinggi, meskipun penekan
system saraf dan iritasi lambung cukup besar. 
Farmakologi : Obat-obat dari kelompok ini umumnya memiliki data sedative yang lebih ringan. Daya antihistamin nya kurang kuat, tetapi tidak merangsang selaput lender. Maka layak digunakan untuk mengobati gejala-gejala alergi pada mata dan hidung.

Hubungan struktur antagonis H1 turunan etilendiamin dijelaskan sebagai berikut
·         a. Tripelnamain HCl, mempunyaiefek antihistamin sebanding dengan difenhidramin dengan efek samping lebih rendah.
·         b. Antazolin HCl, mempunyai aktivitas antihistamin lebih rendah dibanding turuan etilendiamin lain.
·         c. Mebhidrolin nafadisilat, strukturnya mengandung rantai samping amiopropil dalam system heterosiklik karbolin dan bersifat kaku.
 


Turunan fenotiazin
           Selain mempunyai efek antihistamin, golongan ini juga mempunyai aktivitas
tranquilizer, serta dapat mengadakan potensiasi dengan obat analgesik dan sedatif.
Hubungan struktur antagonis H1 turunan fenontiazin dijelaskan sebagai berikut :
a. Prometazin, merupakan antihistamin H1 dengan aktivitas cukupan dengan masa kerja panjang.
b. Metdilazin
c. Mekuitazin. Antagonis H1 yang kuat dengan masa kerja panjang dan digunakan untuk memperbaiki gejala alergi
d. Oksomemazin, mekanismenya sama seperti mekuitazin
e. Pizotifen hydrogen fumarat, sering digunakan sebagai perangsang nafsu makan.
 
pertanyaan
1. berapa dosis antihistamin?
2. efek samping antihistamin ?
3. Sebutkan obat turunan fenotiazin yang sering digunakan?
4.Apakah obat antihistamin boleh dikonsumsi oleh ibu hamil?
5. Sebutkan Interaksi obat ini dengan obat lain

43 komentar:

  1. Hai Nindy, saya akanmencoba menjawab pertanyaan nomor 2.
    Menurut artikel yang saya baca, efek samping antihistaminadalah sebagai berikut:
    1. Efek Sedasi (generasi pertama): bahaya mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin.

    2. Efek muskarinik: mulut kering, penglihatan kabur, retensi urin, konstipasi

    BalasHapus
    Balasan
    1. efek samping yang paling sering terjadi adalah mengantuk, tetapi pada AH1 generasi kedua efek samping mengantuk lebih sedikit daripada AH1 generasi pertama

      Hapus
    2. selain itu juga dapat menyebabkan diskaria walaupun jarang terjadi, ruam dan sensitiasi

      Hapus
    3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    4. saya akanmenambahkan jawaban no 2
      Terjadi pada 15 -25% pasien yang di beri antihistamin, dengan derajat intensitas yang berada secara individual. (Imam Budi: 2008)
      Depresi atau stimulasi susunan saraf pusat
      Depresi susunan saraf pusat berupa sedasi bahkan sampai spoor sering menggangu aktivitas sehari-hari, teqadi pada pemakaian golongan amino alkil ether dan phenothiazine, tolerans terhadap efek sedasi dapat terjadi setelah beberapa hari pemberian.
      Efek terhadap susunan syaraf pusat yang lain dizinus, tinnitus, gangguan koordinasi, konsentrasi berkurang dan gangguan penglihatan/ diplopia.
      Stimulasi susunan saraf pusat berupa nervous, irritable, insomnia dan tremor dapat terjadi pada pemakaian golongan alkylamine.
      efek anti kolinergik berupa : retensi urine, disuri, impotensia dan mulut/ mukosa kering dapat terjadi pada pemakaian golongan amino ethyl ether, phenothrazine dan piperazine.
      Hipotensi dapat terjadi pada pemberian anti histamine intravena yang terlalu cepat.
      Dermatitis, erupsi obat menetap, fotosensitisasi, urtikaria dan patechiae di kulit terutama setelah pemakaian secara topical.
      Keracunan akut terutama pada anak anak seperti keracunan atropine berupa
      halusinasi, ataksia, gangguan koordinasi, konvulsi dan efek entikolinergik (flusing, pupil lebar, febris).

      Hapus
  2. Pertanyaan No. 5
    Interaksi obat antagonis H1
    1. Perpanjangan interval waktu yang dibutuhkan untuk depolarisasi dan repolasisasi ventrikel dan aritmia dapat terjadi bila terfenadin dan astemizol diberikan bersamaan dengan antijamur (ketokonazol, itrakonazol, flukonazol, dan mikonazol) atau antibiorika golongan makrolid(eritromisin dan klaritomisin)
    efek sedasi antagonis H1 generasi I meningkat bila diberikan dengan obat yang menekan SSP, misalnya alkohol dan diazepam.

    Interaksi obat antagonis H2 dapat menghambat P450 di hati, simetidin dapat menghambat metabolisme beberapa obat, seperti teofilin, siklosporin, dan propanolol. Antagonis kalsium, sulfonilurea, warfarin, antidepresan, trisiklik dan imipramin. Simetidin juga menghambat sekresi tubular prokainamid. Obat ini meningkatkan metabolisme etanol. Sementara itu, efek ranitidin kecil pada sitokrom P450, sehingga kejadian interaksi obat lebih rendah dibandingkan simetidin. Ranitidin dilaporkan menurunkan absorbsi diazepam, dan juga berinteraksi dengan nifedipin, warfarin , teofilin, dan metoprolol. Untuk famotidin, interaksi obat yang bermakna belum diketahui, sedangkan nizatidin diketahui menghambat dehidrogenase alkohol di mukosa lambung.

    Daftar Pustaka
    Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2008. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

    BalasHapus
  3. jawaban no 3 yaitu Klorpromazin HCl

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya akan menambahkan jawaban no 3 selain klorpromazin HCl, obat golongan fenotiazin yang sering digunakan adalah obat tioridazin yang memiliki rantai samping piperidin yang memiliki kelebihan relatif jarang mrnyebabkan gangguan pergerakan dan tidak menyebabkan rasa kantuk yang berarti.

      Hapus
  4. Saya akan menjawab pertanyaan nomor 1.
    Dosis lazim antihistamin pada dewasa
    Dimenhidrinat 50 mg
    Difenhidramin 25-50 mg
    Klorfeniramin 4-8 mg
    Prometazin 10-25 mg
    Feksofenadin 60 mg
    Loratadin 10 mg
    Cetirizin 5-10 mg

    BalasHapus
  5. saya akan menjawab pertanyaan nomor 5, menurut artikel yang saya baca ada beberapa antihistamin yang diperbolehkan untuk ibu hamil dan dosisnya akan disesuaikan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimakasih tania raisa,
      Tapi berapakah dosis yang aman untuk ibu hamil?

      Hapus
    2. maaf sebelumnya bukan kah pertanyaan no 5 terkait interaksi obat?

      saya akan menjawab pertanyaan no 4.
      Ada bebearapa obat antihistamin yang diperbolehkan dikonsumsi oleh ibu hamil, Menurut Mayo Clinic, antihistamin pilihan pertama buat ibu hamil adalah loratadin. Namun, menurut FDA, antihistamin pilihan pertama adalah klorfeniramin (CTM) dan difenhidramin. Sekalipun dikelompokkan aman, obat-obat ini hanya boleh dikonsumsi dalam jangka pendek. Tidak boleh sampai berhari-hari. Bagaimanapun, bayi adalah makhluk hidup yang bisa merasakan efek samping kantuk dari CTM atau difenhidramin.

      Hapus
  6. Saya akan menjawab pertanyaan no. 4. Dimana antihistamin berupa difenhidramin dapat dikonsumsi oleh wanita hamil karena dari hasil penelitian pada hewan maupun manusia tidak menunjukkan efek yang berbahaya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya setuju dengan Hengki, karena antihistamin pada ibu hamil termasuk ke dalam kategori B

      Hapus
    2. saya juga sependapat, dimana pemakaian antihistamin diperbolehkan untuk ibu hamil dan dosisnya disesuaikan. Anti histamin yang disarankan untuk ibu hamil yaitu AH generasi kedua seperti loratadine, cetirizine dan fexophenodine, yang memiliki efek lebih sedikit dibanding antihistamin generasi pertama.

      Hapus
  7. 1.
    Acrivastine Dosis untuk kelompok usia 12-65 tahun adalah 8 mg sebanyak satu kali sehari. Jika diperlukan, dosis bisa ditingkatkan menjadi tiga kali sehari.

    Alimemazine Dosis untuk dewasa adalah 10 mg sebanyak dua hingga tiga kali sehari. Untuk lansia, dosis tetap 10 mg, namun harus diturunkan menjadi satu kali hingga dua kali sehari. Untuk anak-anak usia 2 tahun ke atas disarankan menggunakan bentuk sirop dengan dosis 1,7-3,3 ml sebanyak tiga hingga empat kali sehari.

    Azatadine Dosis untuk dewasa adalah 1-2 mg sebanyak dua hingga tiga kali sehari. Dosis untuk anak usia 12 tahun ke atas adalah 0,5-1 mg sebanyak dua kali sehari. Dokter akan memberi dosis untuk anak usia 4-12 tahun sesuai berat badan masing-masing pasien.

    Brompheniramine Dosis untuk anak usia di atas 12 tahun adalah 4 mg sebanyak 4-6 kali sehari. Dosis untuk anak usia 6-12 tahun adalah 2 mg sebanyak 4-6 kali sehari. Sedangkan dosis untuk anak-anak usia 4-6 tahun adalah 1 mg sebanyak 4-6 kali sehari.

    Cetirizine Dosis untuk anak usia 12 tahun ke atas sampai dewasa (serta lansia yang tidak memiliki masalah pada ginjal) adalah 10 mg sebanyak satu kali sehari. Sedangkan dosis untuk anak usia 6-12 tahun adalah 5 mg sebanyak dua kali sehari.

    Chlorphenamine Dosis untuk anak usia 12 tahun ke atas adalah 4 mg sebanyak 4-6 kali sehari. Sedangkan dosis untuk anak usia 6-12 tahun dan lansia adalah 2 mg sebanyak 4-6 kali sehari.

    Clemastine Dosis untuk dewasa adalah 1 mg sebanyak dua kali sehari. Untuk anak usia 6-12 tahun adalah 0,5-1 mg sebanyak dua kali sehari. Untuk anak usia 3-6 tahun adalah 0,5 mg sebanyak dua kali sehari. Sedangkan untuk anak usia 1-3 tahun adalah 0,25-0,5 mg sebanyak dua kali sehari.

    Cyproheptadine Dosis untuk anak usia 14 tahun ke atas adalah 4 mg sebanyak tiga kali sehari. Untuk anak usia 6-14 tahun adalah 4 mg sebanyak 2-3 kali sehari. Sedangkan untuk anak usia 4-6 tahun adalah 2 mg sebanyak 2-3 kali sehari.

    Desloratadine Dosis untuk anak usia 12 tahun ke atas adalah 5 mg sebanyak satu kali sehari. Dokter akan memberi dosis untuk anak usia 4-12 tahun sesuai berat badan masing-masing pasien.

    Dexchlorpheniramine Dosis untuk anak usia 12 tahun ke atas adalah 2 mg sebanyak 4-6 kali sehari. Untuk anak usia 5-12 tahun adalah 1 mg sebanyak 4-6 kali sehari. Sedangkan untuk anak usia 4-5 tahun adalah 0,5 mg sebanyak 4-6 kali sehari.

    Dimenhydrinate Dosis untuk anak usia 12 tahun ke atas adalah 50-100 mg sebanyak 4-6 kali sehari. Untuk anak usia 6-11 tahun adalah 25-50 mg sebanyak 3-4 kali sehari. Sedangkan untuk anak usia 2-5 tahun adalah 12,5-25 mg sebanyak 3-4 kali sehari.

    Diphenhydramine Dosis untuk anak usia 16 tahun ke atas dan lansia yang tidak memiliki penyakit pikun adalah 50 mg sebanyak satu kali sehari.

    Doxylamine Dosis untuk anak usia 12 tahun ke atas adalah 25-50 mg sebanyak 4-6 kali sehari. Untuk anak usia 6-12 tahun adalah 12,5-25 mg sebanyak 4-6 kali sehari. Dokter akan memberi dosis untuk anak usia 4-6 tahun sesuai berat badan masing-masing pasien.

    Fexofenadine Dosis untuk anak usia 12 tahun ke atas adalah 120 mg sebanyak satu kali sehari.

    BalasHapus
  8. 2. Mengantuk.
    Mulut kering atau disfagia.
    Pusing.
    Sakit kepala.
    Nyeri perut.
    Sulit buang air kecil.
    Mudah marah.
    Penglihatan kabur.

    BalasHapus
  9. 4. Antihistamin yang dapat dikonsumsi oleh ibu hamil adalah AH generasi kedua mengandung loratadine, cetirizine dan fexophenodine, yang memiliki efek lebih sedikit dibanding antihistamin generasi sebelumnya.

    BalasHapus
  10. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  11. saya akan mencoba pertanyaan no 2,Pada dosis terapi, semua antihistamin H1 menimbulkan efek samping walaupun jarang bersifat serius dan kadang-kadang hilang bila pengobatan diteruskan. Terdapat variasi yang besar dalam toleransi obat antar individu, kadang-kadang efek samping ini sangat mengganggu sehingga terapi perlu dihentikan.

    Efek Samping Antihistamin H1 Generasi Pertama :

    Alergi : fotosensitivitas, shock anafilaksis, ruam, dan dermatitis.
    Kardiovaskular : hipotensi postural, palpitasi, refleks takikardia, trombosis vena pada sisi injeksi (IV prometazin)
    Sistem Saraf Pusat : drowsiness, sedasi, pusing, gangguan koordinasi, fatigue, bingung, reaksi extrapiramidal bisa saja terjadi pada dosis tinggi
    Gastrointestinal : epigastric distress, anoreksi, rasa pahit (nasal spray)
    Genitourinari : urinary frequency, dysuria, urinary retention
    Respiratori : dada sesak, wheezing, mulut kering, epitaksis dan nasal burning (nasal spray)

    Antihistamin Generasi kedua dan ketiga :

    Alergi : fotosensitivitas, shock anafilaksis, ruam, dan dermatitis.
    SSP : mengantuk/ drowsiness, sakit kepala, fatigue, sedasi
    Respiratori : mulut kering
    Gastrointestinal : nausea, vomiting, abdominal distress (cetirizine, fexofenadine)

    Efek samping SSP sebanding dengan placebo pada uji klinis, kecuali cetirizine yang tampak lebih sedatif ketimbang placebo dan mungkin sama dengan generasi pertama. Efek samping pada respiratori dan gastrointestinal lebih jarang dibanding generasi pertama.

    BalasHapus
  12. saya akan menjawab pertanyaan nomor 2
    efek samping antihistamin yaitu
    Mengantuk Antihistamin termasuk dalam golongan obat yang sangat aman pemakaiannya. Efek samping yang sering terjadi adalah rasa mengantuk dan gangguan kesadaran yang ringan (somnolen).
    Efek antikolinergik Pada pasien yang sensitif atau kalau diberikan dalam dosis besar. Eksitasi, kegelisahan, mulut kering, palpitasi dan retensi urin dapat terjadi. Pada pasien dengan gangguan saraf pusat dapat terjadi kejang.
    Diskrasia Meskipun efek samping ini jarang, tetapi kadang-kadang dapat menimbulkan diskrasia darah, panas dan neuropati.
    Sensitisasi Pada pemakaian topikal sensitisasi dapat terjadi dan menimbulkan urtikaria, eksim dan petekie.

    BalasHapus
  13. 1. Nama obat antihistamin Dosis
    Acrivastine Dosis untuk kelompok usia 12-65 tahun adalah 8 mg sebanyak satu kali sehari. Jika diperlukan, dosis bisa ditingkatkan menjadi tiga kali sehari.
    Alimemazine Dosis untuk dewasa adalah 10 mg sebanyak dua hingga tiga kali sehari. Untuk lansia, dosis tetap 10 mg, namun harus diturunkan menjadi satu kali hingga dua kali sehari. Untuk anak-anak usia 2 tahun ke atas disarankan menggunakan bentuk sirop dengan dosis 1,7-3,3 ml sebanyak tiga hingga empat kali sehari.
    Azatadine Dosis untuk dewasa adalah 1-2 mg sebanyak dua hingga tiga kali sehari. Dosis untuk anak usia 12 tahun ke atas adalah 0,5-1 mg sebanyak dua kali sehari. Dokter akan memberi dosis untuk anak usia 4-12 tahun sesuai berat badan masing-masing pasien.

    BalasHapus
  14. Saya ingin menjawab pertanyaan nomor 2 yaitu Mengantuk, Mulut kering atau disfagia, Pusing, Sakit kepala, Nyeri perut, Sulit buang air kecil, Mudah marah, Penglihatan kabur.

    BalasHapus
  15. Mengantuk.
    Mulut kering atau disfagia.
    Pusing.
    Sakit kepala.
    Nyeri perut.
    Sulit buang air kecil.
    Mudah marah.
    Penglihatan kabur.

    BalasHapus
  16. no 1
    Dewasa: 3 – 4 kali sehari 0.5 – 1 tablet.
    Anak-anak 6 – 12 tahun: 0.5 dosis dewasa.
    Anak-anak 1 – 6 tahun: 0.25 dosis dewasa.

    BalasHapus
  17. no 2. Beberapa efek samping yang mungkin umum terjadi setelah mengonsumsi obat antialergi ini adalah:

    Mengantuk.
    Mulut kering atau disfagia.
    Pusing.
    Sakit kepala.
    Nyeri perut.
    Sulit buang air kecil.
    Mudah marah.
    Penglihatan kabur.

    BalasHapus
  18. Saya akan menjawab pertanyaan no 4
    adapun antihistamin berupa difenhidramin dapat dikonsumsi oleh wanita hamil karena dari hasil penelitian pada hewan maupun manusia tidak menunjukkan efek yang berbahaya.terimakasih

    BalasHapus
  19. no 1
    Dewasa: 3 – 4 kali sehari 0.5 – 1 tablet.
    Anak-anak 6 – 12 tahun: 0.5 dosis dewasa.
    Anak-anak 1 – 6 tahun: 0.25 dosis dewasa.

    BalasHapus
  20. efek samping dari antihistamin:
    Mengantuk.
    Mulut kering atau disfagia.
    Pusing.
    Sakit kepala.
    Nyeri perut.
    Sulit buang air kecil.
    Mudah marah.
    Penglihatan kabur.

    BalasHapus
  21. saya akan menjawab efek samping dari obat antihistamin yaitu efek yang sangat sering terjadi adalah Mengantuk.
    Mulut kering atau disfagia.
    Pusing.
    Sakit kepala.
    Nyeri perut.
    Sulit buang air kecil.
    Mudah marah.
    Penglihatan kabur.

    BalasHapus
  22. untuk jawaban nomor 2. ada banyak efek samping dari antihistamin dan yang paling sering terjadi adalah sedasi dan kantuk.

    BalasHapus
  23. banyak sekali efek samping dari obat antihistamin,seperti.,efek samping dari antihistamin:
    Mengantuk.Mulut kering atau disfagia.
    Pusing.Sakit kepala.Nyeri perut.Sulit buang air kecil.Mudah marah.Penglihatan kabur.

    BalasHapus
  24. Untuk jawaban nmr 4 sya akan menambahkan, antihistamin boleh dikonsumsi oleh ibu hamil jika digunakan dengan benar dan swsuai aturan pakai

    BalasHapus
  25. 4. Antihistamin yang dapat dikonsumsi oleh ibu hamil adalah AH generasi kedua mengandung loratadine, cetirizine dan fexophenodine, yang memiliki efek lebih sedikit dibanding antihistamin generasi sebelumnya.

    BalasHapus
  26. pertanyaan no 4
    Dimana antihistamin berupa difenhidramin dapat dikonsumsi oleh wanita hamil karena dari hasil penelitian pada hewan maupun manusia tidak menunjukkan efek yang berbahaya.

    BalasHapus
  27. untuk pertanyaan no 1 tentang dosis histamin:
    Dewasa: 3 – 4 kali sehari 0.5 – 1 tablet.
    Anak-anak 6 – 12 tahun: 0.5 dosis dewasa.
    Anak-anak 1 – 6 tahun: 0.25 dosis dewasa.

    BalasHapus
  28. saya akan menambahkan Tipe-tipe klasifikasi hipersensitivitas adalah:

    Hipersensitivitas immediate (tipe I) respon imun dimediasi oleh sel TH2, antibodi IgE, dan sel mast; yang pada akhirnya akan mengeluarkan mediator inflamasi.
    Hipersensitivitas antibody-mediated (tipe II) antibodi IgG dan IgM dapat menginduksi inflamasi dengan mempromosikan fagositosis atau lisis terhadap luka pada sel. Antibodi juga mempengaruhi fungsi selular dan menyebabkan penyakit tanpatanpa ada luka jaringan.
    Hipersensitivitas kompleks imun (tipe III) antibodi IgG dan IgM mengikat antigen yang biasanya ada di sirkulasi darah, dan kompleks antibodi-antigen mengendap di jaringan yang pada akhirnya akan menginduksi proses inflamasi.

    BalasHapus
  29. Pertanyaan no.2
    Efek samping antagonis H1 generasi I yang paling sering terjadi adalah sedasi. Selain itu, gejala SSP lain dapat terjadi, seperti pusing, tinitus, lesu, insomnia, dan tremor. Efek samping lain yang biasanya terjadi berupa gangguan saluran cerna, seperti hilangnya nafsu makan, mual, muntah, nyeri epigastrum, bahkan diare. Efek samping akibat efek muskarinik ini tidak terjadi pada antagonis H1 generasi II. Meskipun jarang, efek samping pada antagonis H1 generasi II dapat berupa torsades de pointes, yaitu terjadi perpanjangan interval QT. Hal ini biasanya terjadi karena gangguan obat, terutama terfenadin dan astemizol, dalam dosis takar lajak, adanya gangguan hepatik yang mengganggu sistem sitokrom P450, atau adanya interaksi dengan obat lain. Perpanjangan QT interval diduga terjadi karena obat-obat tersebut menghambat saluran K+. Selain itu, juga dapat terjadi dermatitis alergik karena penggunaan topikal. Pada keracunan akut antagonis H1 , dapat terjadi suatu sindrom beruapa adanya halusinogen, ataksia, tidak adanya koordinasi otot, dan kejang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya setuju dengan pendapat saudara yg sudah seusia dgn litertur yg ada. bahwa sedasi lah yg plg umum terjadi pd pasien

      Hapus
  30. efek samping mulut kering, penglihatan kabur, retensi urin, konstipasi

    BalasHapus
  31. turunan fenotiazin yang sering digunakan yaitu:
    1. Prometazin HCl
    2. Metdilazin HCl
    3. Mekuitazin
    4. Oksomemazin 5. Isotipendil HCl
    6. Pizotifen Hidrogen Fumarat

    BalasHapus
  32. Efek Samping Anti Histamine

    1. Alergi – fotosensitivitas, shock anafilaksis, ruam, dan dermatitis.
    2. Kardiovaskular – hipotensi postural, palpitasi, refleks takikardia, trombosis vena pada sisi injeksi (IV prometazin)
    3. Sistem Saraf Pusat - drowsiness, sedasi, pusing, gangguan koordinasi, fatigue, bingung, reaksi extrapiramidal bisa saja terjadi pada dosis tinggi
    4. Gastrointestinal - epigastric distress, anoreksi, rasa pahit (nasal spray)
    5. Genitourinari – urinary frequency, dysuria, urinary retention
    6. Respiratori – dada sesak, wheezing, mulut kering, epitaksis dan nasal burning (nasal spray)
    Antihistamin Generasi Kedua Dan Ketiga):
    1. Alergi – fotosensitivitas, shock anafilaksis, ruam, dan dermatitis.
    2. SSP – mengantuk/ drowsiness, sakit kepala, fatigue, sedasi
    3. Respiratori** - mulut kering
    4. Gastrointestinal** - nausea, vomiting, abdominal distress (cetirizine, fexofenadine)
    *Efek samping SSP sebanding dengan placebo pada uji klinis, kecuali cetirizine yang tampak lebih sedatif ketimbang placebo dan mungkin sama dengan generasi pertama. **Efek samping pada respiratori dan gastrointestinal lebih jarang dibanding generasi pertama.

    BalasHapus
  33. efek samping antihistaminadalah sebagai berikut:
    1. Efek Sedasi (generasi pertama): bahaya mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin.

    2. Efek muskarinik: mulut kering, penglihatan kabur, retensi urin, konstipasi

    BalasHapus