Senin, 30 Oktober 2017

oxamniquine

Oxamniquine (OXA) has been the cornerstone of Brazilian schistosomiasis control programs during the last 25 years and still is one of the two commercially available drugs that are effective against Schistosoma mansoni (Coura & Amaral 2004, WHO 2002).  Available information on the mechanism of action of OXA (and of the related agent hycanthone) suggests that the drug becomes active only upon transformation to an alkylating agent by an enzyme that is present in OXA-sensitive schistosomes (reviewed in Cioli et al. 1995). The evidence originates from genetic crosses between OXA-sensitive and OXAresistant S. mansoni showing that resistance is a recessive trait, thus implying the existence of a parasite factor that is required for drug activity (Cioli et al. 1992).

In addition, a soluble extract from sensitive worms (but not from resistant worms) was capable of converting OXA into an alkylating agent that could bind covalently to the DNA and other macromolecules of the parasite (Pica-Mattoccia et al. 1989, 1992). Extracts from S. japonicum or S. haematobium (which are not sensitive to OXA), as well as extracts from mammalian tissues, failed to activate OXA. The OXA activating factor was clearly an enzyme, since it was thermolabile, protease sensitive, inactive at 0°C and required ATP + Mg2+ in a cell-free assay (Pica-Mattoccia et al. 1992). The precise nature of the enzyme, however, was not determined, except for the broad assumption that it might be an esterifying enzyme targeting the hydroxymethyl group that is present in the drug and  essential for its activity (Cioli et al. 1985).




Gambar 1. Struktur Oxamniquine


DAFTAR PUSTAKA
Cioli D, Pica-Mattoccia L, Moroni R 1992. Schistosoma mansoni: hycanthone / oxamniquine resistance is controlled by a single autosomal recessive gene. Exp Parasitol 75: 425-432.
Cioli D, Pica-Mattoccia L, Archer S 1995. Antischistosomal drugs: past, present ... and future? Pharmacol Ther 68: 35- 85.
Coura JR, Amaral RS 2004. Epidemiological and control aspects of schistosomiasis in Brazilian endemic areas. Mem Inst Oswaldo Cruz 99 (Suppl. 1): 13-19.

DAFTAR PERTANYAAN : 
 
   1.  Apakah efek samping dari oxamniquine?
   2.    Apakah obat ini masih dapat digunakan sebagai lini pertama dari penyakit skistosomiasis?
   3.    Apakah efek fatal dari penyakit skistosomiasis jika tidak diketahui dan tidak berikan pengobatan?

Kamis, 19 Oktober 2017

ANTIHISTAMIN

Image result for OBAT ANTIHISTAMIN


Antihistamin adalah obat atau komponen obat yang berfungsi untuk menghalangi kerja zat histamin dan dipakai khususnya untuk mengobati alergi.Antihistamin bekerja dengan cara memblokir zat histamin yang diproduksi tubuh. Sebenarnya zat histamin berfungsi melawan virus atau bakteri yang masuk ke tubuh. Ketika histamin melakukan perlawanan, tubuh akan mengalami peradangan. Namun pada orang yang mengalami alergi, kinerja histamin menjadi kacau karena zat kimia ini tidak lagi bisa membedakan objek yang berbahaya dan objek yang tidak berbahaya bagi tubuh, misalnya debu, bulu binatang, atau makanan. Alhasil, tubuh tetap mengalami peradangan atau reaksi alergi ketika objek tidak berbahaya itu masuk ke tubuh.
      Antihistamin obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan kerja histamine dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan bersaing pada sisi reara bersaing reseptor  H1,H2 dan H3 Antihistamin bekerja terutama dengan menghambat secara bersaing interaksi histamine dengan reseptor khas.
Antagonis H1
Sering disebut antihistamin klasik atau histamine H1 adalah senyawa yang dalam kadar rendah dapat menghambat secara bersaing kerja histamine pada jaringan yang mengandung reseptor H1 digunakan untuk mengurangi gejala alergi ,radang selaput lendirr hidung ,bersin,gatal pada mata ,dan gejala alergi pada kulit
 
Turunan Kolamin(eter aminoalkil)  
        Turunan eter aminoalkil yang pertama kali digunakan sebagai antagonis-H1 adalah difenhidramin. Studi hubungan kualitaitif turunan defenhidramin oleh Kutter dan  Hansch  menunjukkan bahwa sifat lipofilik dan sterik mempengaruhi aktivitas antihistamin dan pengaruh sifat sterik lebih dominan dibanding sifat lipofilik
  • Pemasukan gugus Cl, Br, dan OCH3 pada posisi cincin aromatik akan meningkatkan aktivitas dan menurunkan efek samping.
  • Pemasukan gugus CH3 pada posisi cincin aromatik juga dapat meningkatkan aktivitas tetapi pemasukan pada posisi O- akan menghilangkan efek antagonis H1 dan akan meningkatkan aktivitas antikolinergik.
  • Dengan adanya O- dapat meningkatkan keelektronegatifan sehingga afinitas senyawa obat juga menigkat.  
  • Senyawa turunan eter aminoalkil mempunyai aktivitas antikolinergik yang cukup bermakna karena mempunyai struktur mirip dengan eter aminoalkohol yang merupakan suatu senyawa pemblok kolinergik.
Turunan Etilendilamin 
Merupakan antagonis H1 dengan keefektifan yang cukup tinggi, meskipun penekan
system saraf dan iritasi lambung cukup besar. 
Farmakologi : Obat-obat dari kelompok ini umumnya memiliki data sedative yang lebih ringan. Daya antihistamin nya kurang kuat, tetapi tidak merangsang selaput lender. Maka layak digunakan untuk mengobati gejala-gejala alergi pada mata dan hidung.

Hubungan struktur antagonis H1 turunan etilendiamin dijelaskan sebagai berikut
·         a. Tripelnamain HCl, mempunyaiefek antihistamin sebanding dengan difenhidramin dengan efek samping lebih rendah.
·         b. Antazolin HCl, mempunyai aktivitas antihistamin lebih rendah dibanding turuan etilendiamin lain.
·         c. Mebhidrolin nafadisilat, strukturnya mengandung rantai samping amiopropil dalam system heterosiklik karbolin dan bersifat kaku.
 


Turunan fenotiazin
           Selain mempunyai efek antihistamin, golongan ini juga mempunyai aktivitas
tranquilizer, serta dapat mengadakan potensiasi dengan obat analgesik dan sedatif.
Hubungan struktur antagonis H1 turunan fenontiazin dijelaskan sebagai berikut :
a. Prometazin, merupakan antihistamin H1 dengan aktivitas cukupan dengan masa kerja panjang.
b. Metdilazin
c. Mekuitazin. Antagonis H1 yang kuat dengan masa kerja panjang dan digunakan untuk memperbaiki gejala alergi
d. Oksomemazin, mekanismenya sama seperti mekuitazin
e. Pizotifen hydrogen fumarat, sering digunakan sebagai perangsang nafsu makan.
 
pertanyaan
1. berapa dosis antihistamin?
2. efek samping antihistamin ?
3. Sebutkan obat turunan fenotiazin yang sering digunakan?
4.Apakah obat antihistamin boleh dikonsumsi oleh ibu hamil?
5. Sebutkan Interaksi obat ini dengan obat lain

Jumat, 13 Oktober 2017

OBAT ANALGETIK


Obat Analgetik
Analgetika atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran ( perbedaan dengan anestetika umum ).
PENGGOLONGAN ANALGETIK
*Berdasarkan aksinya, obat-abat analgetik dibagi menjadi 2 golongan :
        1. Analgesik opioid
        2. Analgesik nonopioid,
1.       Analgetik Opioid
Analgetik opioid merupakan golongan obat yang memiliki sifat seperti opium/morfin. Sifat dari analgesik opioid yaitu menimbulkan adiksi: habituasi dan ketergantungan fisik. Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk mendapatkan analgesik ideal: Potensi analgesik yg sama kuat dengan morfin. Tanpa bahaya adiksi: 
 -         Obat yang berasal dari opium-morfin
 -         Senyawa semisintetik morfin
 -         Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin
Analgetik opioid mempunyai daya penghalang nyeri yang sangat kuat dengan titik kerja yang terletak di susunan syaraf pusat (SSP). Umumnya dapat mengurangi kesadaran dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia). Analgetik opioid ini merupakan pereda nyeri yang paling kuat dan sangat efektif untuk mengatasi nyeri yang hebat.
=>> Obat-obat Opioid Analgesics ( Generic name )
Alfentanil, Benzonatate, Buprenorphine, Butorphanol, Codeine, Dextromethorphan Dezocine, Difenoxin, Dihydrocodeine, Diphenoxylate, Fentanyl, Heroin Hydrocodone, Hydromorphone, LAAM, Levopropoxyphene, Levorphanol Loperamide, Meperidine, Methadone, Morphine, Nalbuphine, Nalmefene, Naloxone, Naltrexone, Noscapine Oxycodone, Oxymorphone, Pentazocine, Propoxyphene, Sufentanil.
 
  2.         Analgesik Nonopioid/Perifer (NON-OPIOID ANALGESICS)
Obat-obatan dalam kelompok ini memiliki target aksi pada enzim, yaitu enzim siklooksigenase (COX). COX berperan dalam sintesis mediator nyeri, salah satunya adalah prostaglandin. Mekanisme umum dari analgetik jenis ini adalah mengeblok pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim COX  pada daerah yang terluka dengan demikian mengurangi pembentukan mediator nyeri. Mekanismenya tidak berbeda dengan NSAID dan COX-2 inhibitors.
Efek samping yang paling umum dari golongan obat ini adalah gangguan lambung usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal serta reaksi alergi di kulit. Efek samping biasanya disebabkan oleh penggunaan dalam jangka waktu lama dan dosis besar.
>> Obat- obat Nonopioid Analgesics ( Generic name )
 Acetaminophen, Aspirin, Celecoxib, Diclofenac, Etodolac, Fenoprofen, Flurbiprofen Ibuprofen, Indomethacin, Ketoprofen, Ketorolac, Meclofenamate, Mefanamic acid Nabumetone, Naproxen, Oxaprozin, Oxyphenbutazone, Phenylbutazone, Piroxicam Rofecoxib, Sulindac, Tolmetin.

pertanyaan
1. analgetik apakah yang aman dikonsumsi ibu hamil? dan adakah efek yang ditimbulkan setelah mengonsumsi obat tersebut?
2.  Bagaimana dosis untuk anak dibawah umur ? Apakah aman bagi anak mengkonsumsinya ?
3. Jelaskan interaksi obat nya?
4. Sebutkan kontraindikasi obat tersebut?
 

farmakofor

Identifikasi Farmakofor
             Farmakofor adalah susunan tiga dimensi dari atom dalam molekul obat yang memungkinkan untuk berikatan dengan reseptor yang diinginkannya dan bertanggung jawab dengan respon  biologis karena terikat dengan reseptor yang dikehendakinya.Bioisoster adalah gugus yang secara biologis ekivalen tetapi secara kimia belum tentu ekivalen, dapat digunakan untuk mempromosikan optimasi sifat biologis obat. Pendekatan berbasis ligan dapat digunakan jika struktur site reseptor tidak diketahui, tetapi suatu seri senyawa yang telah diidentifikasi menunjukkan aktivitas yang menarik. Agar agar digunakan lebih efektif, suatu kajian sebaiknya memiliki senyawa-senyawa yang mirip dengan aktivitas yang tinggi, tanpa aktiviats, dan dengan aktivitas yang menengah. Dalam mengenal pemetaan bagian yang aktif dari suatu senyawa (site mapping), maka disitulah fungsi suatu ilmu pharmacophore.  
Fungsi Farmakofor :
  1. Mengetahui gugus penting yang berikatan dengan reseptor
  2. Mengetahui posisi 3 dimensi dari suatu molekul
  3. Untuk mengetahui konformasi aktif
  4. Penting untuk merancang atau mendesign obat
  5. Penting untuk menemukan suatu obat baru
Identifikasi farmakofor :
1. Posisi relatif suatu molekul ~ Reseptor
2. Konformasi aktif molekul
3. Penting untuk merancang obat

Ada beberapa ikatan yang dapat di identifikasi berdasarkan struktur 3 dimensi suatu molekul yaitu : 
a.   Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen terbentuk bila ada dua atom saling menggunakan sepasang elektron secara bersama-sama. Ikatan kovalen merupakan ikatan kimia yang paling kuat dengan rata-rata kekuatan ikatan 1000 kkal/mol. Dengan kekuatan ikatan yang tinggi ini, pada suhu normal ikatan bersifat ireversibel dan hanya dapat pecah bila ada pengaruh katalisator enzim tertentu. Interaksi obat-katalisator melalui ikatan kovalen menghasilkan kompleks yang cukup stabil dan sifat ini dapat digunakan untuk tujuan pengobatan tertentu.
b.  Ikatan ion
Ikatan ion adalah ikatan yag dihasilkan oleh daya tarik menarik elektrostatik antara ion-ion yang muatannya berlawanan. Kekuatan tarik-menarik akan makin berkurang bila jarak antar ion makin jauh dan pengurangan tersebut berbanding terbalik dengan jaraknya.
.  Ikatan hidrogen
Ikatan hidrogen adalah suatu ikatan antara atom H yang mempunyai muatan positif parsial dengan atom lain yang bersifat elektronegatif dan mempunyai sepasang elektron bebas dengan oktet lengkap seperti O, N, F. Atom yang bermuatan positif parsial dapat berinteraksi dengan atom negatif parsial dari molekul atau atom lain yang berbeda ikatan kovalennya dalam satu molekul.
Semakin besar ikatan hidrogennya, semakin tinggi titik didihnya. Namun, khusus pada air (H2O), terjadi dua ikatan hidrogen pada tiap molekulnya. Akibatnya jumlah total ikatan hidrogennya lebih besar daripada asam florida (HF) yang seharusnya memiliki ikatan hidrogen terbesar (karena paling tinggi perbedaan elektronegativitasnya) sehingga titik didih air lebih tinggi daripada asam florida.
Contoh : H20
e.  Ikatan Van Der Waal’s
Ikatan van der waal’s merupakan kekuatan tarik-menarik antar molekul atau atom yang tidak bermuatan dan letaknya berdekatan atau jaraknya ± 4-6 Å. Ikatan ini terjadi karena sifat kepolarisasian molekul atau atom. Meskipun secara individu lemah tetapi hasil penjumlahan ikatan van del waal’s merupakan faktor pengikat yang cukup bermakna terutama untuk senyawa-senyawa yang mempunyai berat molekul tinggi. Ikatan van der waal’s terlibat pada interaksi cincin benzen dengan daerah bidang datar reseptor dan pada interaksi rantai hidrokarbon dengan makromolekul protein atau reseptor.
Konformasi Aktif :
1. Banyak ikatan maka efikasi makin tinggi
2. identitas 3D pharmacophore
3. Diadopsi ketika terikat dengan site target



pertanyaan
 1.apakah setiap farmakofor mempunyai potensi yang baik untuk obat baru?
2.Apa contoh dari masing masing ikatan tersebut dan bagaimana mekanisme terjadinya ikatan itu?
3.
apakah satu fungsi farmakofor yaitu untuk mendesain obat baru,lalu untuk memudahkan proses ini apakah ada aplikasi khusus atau sistem komputerisasinya untuk pengujian farmakofor?